Selasa, 08 Januari 2013

I Love You, Nuna...!!! (Part IV)


Main Cast:
- U-KISS’s Hoon
- Girls’ Generation’s Hyoyeon

***

“Eh? Mana Hyoyeon Nuna?” tanya Kiseop heran melihat Eli saja yang berada di meja mereka.
Eli mengangkat bahunya, cuek. “Entahlah. Kurasa, dia sedang menjawab panggilan teleponnya. Tadi hand phone-nya berbunyi,” jawabnya. “Mana Jaeseop?”
Kiseop menunjuk sahabat mereka itu yang sedang membantu Hoon dan Kevin membawa makanan mereka.
“Makanan datang!!!” seru Kevin gembira sambil menaruh nampan pesanan mereka di meja. “Pelan-pelan, Jaeseop-ah! Kau hampir menjatuhkan gelas smoothie-nya.”
“Ah, ya. Maaf, maaf…” aku Jaeseop. Dibantu Kiseop, dia menaruh piring-piring berisi makanan dan gelas-gelas berisi minuman di atas meja.
“Mana Hyoyeon Nuna?” tanya Hoon yang baru menyadari ketidakberadaan sang kekasih di antara mereka.
“Kata Eli sih Nuna sedang menjawab telepon,” Kiseop yang menjawab. “Aku makan duluan ya! Selamat makan!”

***

“Hah?! Kau dan Hoon berpacaran?! Sejak kapan?!” tanya Jessica di seberang sana. Tentu saja dia terkejut dengan berita dari sahabatnya itu. Dia tidak menyangka bahwa Hyoyeon akhirnya menyetujui rencananya beberapa hari yang lalu.
Hyoyeon tertawa kecil. Dia sudah menduga Jessica akan terkejut mengetahuinya. “Hari ini,” jawabnya singkat.
“Kau benar-benar mencintainya? Atau…”
“Tentu saja aku melakukan seperti apa yang kau katakan padaku waktu itu, Sica.”
“Ya Tuhan! Kau sudah gila?! Kan sudah kukatakan waktu itu aku tidak serius mengatakannya! Kenapa kau menyetujuinya sih!?”
“Hei, idemu itu bagus, tahu!” seru Hyoyeon. “Dan apa salahnya aku memanfaatkan Hoon untuk membalas sakit hatiku pada Eli?”
“Tentu saja salah, Hyoyeon-ah! Ya Tuhan, Sunny pasti akan membenciku jika dia tahu akan hal ini!” seru Jessica dengan perasaan bersalah.
“Kalau begitu, tidak perlu kita memberitahunya.”
“Hei, dia pasti akan mengetahuinya cepat atau lambat! Dan kita tidak bisa berlama-lama menyembunyikan ini darinya.”
“Ah, sudahlah! Oya, kau benar kalau Eli masih menyukaiku! Tadi dia sedikit kesal padaku saat mengetahui hubunganku dan Hoon.”
“Ah? Benarkah?”
“Yup! Ah, sudah dulu ya! Nanti kuceritakan lagi. Aku harus kembali bersama yang lainnya. Bye, Sica!”
Klik!
Hubungan diputuskan Hyoyeon. Gadis itu masih tersenyum saat memasukkan hand phone-nya ke saku jaket. Namun, wajah gadis itu spontan berubah pucat saat melihat kehadiran seseorang sewaktu dia hendak berbelok masuk ke dalam restaurant.

***

“Terima kasih ya, Hoon, sudah mentraktir kami makan siang!” Kevin mewakili Jaeseop, Kiseop, dan Eli untuk berterima kasih pada Hoon saat mereka dan Hyoyeon tiba di halte bus.
Hoon tertawa kecil. “It’s okay-lah! Tidak usah terlalu formal begitu, Kevin-ah,” katanya.
“Sering-sering saja kau mentraktir kami!” goda Jaeseop yang hanya ditanggapi Hoon dengan tawa. Lelaki itu lalu menatap sunbae mereka yang sejak makan tadi berubah menjadi lebih pendiam. “Hyoyeon sunbaenim, kau tidak apa-apa?”
Hyoyeon yang tidak menyangka akan ditanya itu cukup terkejut mendengarnya. Dia tersenyum kaku pada Jaeseop. “Aku baik-baik saja,” jawabnya.
“Benarkah?” kali ini Kiseop yang bertanya. Kiseop memerhatikan Hyoyeon penuh selidik. “Nuna, kau benar-benar tidak kelihatan baik-baik saja. Kau sakit?” tanyanya lagi yang hanya digelengi Hyoyeon. “Hoon-ah, kau harus mengantar Nuna pulang.”
“Ya? Kiseop-ah, apa sih yang kau katakan? Tidak! Tidak! Aku bisa pulang sendiri. Aku benar tidak apa-apa kok. Aku sehat-sehat saja. Sungguh!”
“Tidak, Nuna, aku mencemaskanmu. Lebih baik ada yang menemanimu. Kalau kau pingsan di jalan? Atau sesuatu yang buruk terjadi padamu?”
“Kau ingin aku mengalami hal itu, Kiseop-ah?”
“Bukan begitu, Nuna! Maksudku…”
“Biar aku saja yang mengantarmu pulang, Nuna,” tiba-tiba, Eli mengajukan dirinya, membuat empat lelaki lainnya dan Hyoyeon sendiri terkejut mendengarnya. “Kenapa?” tanyanya santai menyadari tatapan bingung mereka.
“Masih ada Hoon yang bisa menemani Hyoyeon sunbaenim,” Kevin yang menjawab. “Dan Hoon pacarnya. Kau pulang bersama kami! Lagipula, kau kan sudah berjanji akan membantu menyelesaikan tugas seni rupa-ku.”
“Ya sudah, teman-teman, kita berpisah di sini, ok?” kata Hoon sambil menarik tangan Hyoyeon. “Kami pulang dulu ya!”

***

“Ya. Semua yang kau dengar itu benar, Hoon-ah,” kata Hyoyeon saat keduanya berjalan menyusuri jalan menuju rumah Hyoyeon. “Aku memanfaatkanmu untuk membalaskan dendamku pada Eli. Ya. Aku jahat. Tidak berperasaan. Dan yah… aku salah. Maafkan aku, Hoon-ah…” Hyoyeon diam, menunggu reaksi lelaki yang berjalan di sampingnya. Gadis itu menghela napas berat karena Hoon hanya diam. “Kalau kau ingin kita putus, silahkan.”
“Jadi, kau tidak mencintaiku, Nuna?” akhirnya Hoon bersuara. “Kau sama sekali tidak pernah mencintaiku?”
“Hoon, dengar…” kata Hyoyeon sambil menghentikan langkahnya, juga langkah Hoon. Gadis itu menggenggam tangan Hoon dan mengelusnya perlahan. “Kau kan sudah tahu alasannya kenapa aku tidak menerimamu jadi pacarku dari awal. Karena kau lebih muda dariku. That’s it!”
Hati Hoon serasa hancur berkeping-keping mendengar jawaban itu. Secara tidak langsung, Hyoyeon menjawab bahwa dia tidak mencintainya. Mata Hoon mulai terasa panas. Dia menahan keras untuk tidak menangis. Akan terlihat konyol kalau Hyoyeon Nuna melihatku menangis. Dia pasti akan menganggapku bayi! Batinnya. Lelaki itu menghela napas panjang untuk menormalkan suasana hatinya. “Tapi, kenapa kau mencintai Eli? Eli dan aku sebaya. Dia juga lebih muda darimu, Nuna…”
“Tidak, Hoon-ah. Aku sudah tidak mencintainya lagi,” akunya. “Dia benar-benar sudah membuatku sakit hati waktu itu. Karenanya aku tidak tertarik dan tidak mau berpacaran dengan lelaki yang lebih muda.”
“Memangnya apa yang sudah dilakukannya padamu, Nuna?” Hyoyeon tidak menjawab, membuat Hoon semakin penasaran. “Nuna?”
“Lupakan saja, Hoon-ah. Aku tidak mau membahasnya.”
“Haruskah aku ikut membencinya?”
“Tidak. Jangan! Aku juga tidak lagi membencinya. Itu masa lalu. Dan Eli adalah lelaki yang sangat baik sebenarnya,” kata Hyoyeon yang diam-diam disetujui Hoon di dalam hati. “Jadi, apa yang akan kau lakukan pada hubungan kita? Kau akan memutuskanku kan?”
Hoon terdiam sambil menatap lekat-lekat wajah Hyoyeon. Jujur saja, Hoon memang sangat marah saat mengetahui itu semua, tentang cinta palsu Hyoyeon dan kenyataan bahwa gadis itu sama sekali tidak pernah mencintainya. Tapi, Hoon sudah terlanjur cinta sekali padanya. “Bisakah kita mencoba terus seperti ini untuk beberapa hari atau minggu atau bulan ke depan, Nuna?” tanyanya sambil membalas genggaman tangan gadis itu dan mendekatkannya pada dadanya.
Hyoyeon menatap mata Hoon. Gadis itu lalu mengangguk pelan, tidak kuasa untuk menolak.
“Benarkah? Kau tulus kan mau melakukannya?” tanya Hoon untuk memastikan.
Kali ini Hyoyeon mengangguk mantap sambil tersenyum. “Ya, aku tulus mau melakukannya. Tapi, kau harus merahasiakan ini semua. Tentang aku dan Eli. Ok?” pintanya yang diangguki Hoon.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah Hyoyeon sambil tersenyum. Tangan mereka masih saling tergenggam satu sama lain sambil sesekali mereka ayun-ayunkan dengan pelan.

***

-THE END-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar