Main
Cast:
-
Girls’
Generation’s Tiffany
-
Super
Junior’s Eunhyuk
-
Super
Junior’s Donghae
-
Girls’
Generation’s Jessica
***
“Jadi,
siapa lelaki yang beruntung itu?” tanya Eunhyuk pada Tiffany saat keduanya
berada di kantin yang kali ini sepi Sabtu ini.
Tiffany
kaget menatap wajah lelaki dihadapannya. Sungguh tidak disangka lelaki itu akan
sepenasaran ini atas pesan singkat yang dikirimnya semalam. Tiffany menunduk,
kembali menyantap makanannya. “Itu bukan urusanmu kan?” katanya dengan suara
yang dibuat senormal mungkin.
Eunhyuk
terdiam sejenak sambil menatap Tiffany lekat-lekat. “Memang bukan urusanku.
Tapi, bagaimana kalau aku ingin tahu? Kenapa kau tidak bisa menjawabnya?
Jangan-jangan kau berbohong kan?”
Tiffany
hampir tersedak setelah mendengar kta-katanya. Untung saja lelaki itu tidak
menyadarinya. Tiffany menatap tajam. “Kau tidak mempercayaiku?”
“Bukan
begitu, tapi…”
“Hyukie…”
terdengar suara gadis memanggil lelaki itu. Mereka berdua terdiam dan menoleh
ke arah suara. Gadis yang cantik. Namanya Jessica. Dengan santai, dirangkul
lengan Eunhyuk tanpa memerdulikan keberadaan Tiffany. “Rupanya kau disini.
Tidak tahu kan kau bahwa aku mencarimu kemana-mana?” katanya, lalu ditatapnya
Tiffany. “Ada urusan apa antara kau dengannya?” tanyanya penuh selidik pada Eunhyuk.
“Kami hanya berbincang sedikit. Kami kan teman
lama. Apa salah?” jawab Eunhyuk, mencoba menenangkan hati Jessica. Agak sebal
juga dengan sikap posesif gadis itu. “Yuk, kita pergi!” ajaknya pada Jessica.
Mereka
pun meninggalkan Tiffany yang terdiam memandang keduanya yang semakin menjauh.
Mendadak selera makannya hilang.
***
Kami kan teman lama.
Kata-kata
Eunhyuk kembali terngiang di telinganya. Tiba-tiba saja hatinya terasa hancur
berkeping-keping bila teringat kata-kata itu. Hei, Tiffany, kenapa kau jadi lemah seperti ini? Ayo, kuat! Kuat!, batin
hatinya. Gadis itu menghela napas berat, lalu tersenyum kembali.
“Jadi,
kau sudah merasa baikkan?” tanya Donghae sambil menyunggingkan senyum manisnya.
Tiffany
tersenyum kecil, lalu mengangguk. “Iya. Terima kasih sudah mau mendengar
curhatku!” katanya riang.
Donghae
mengelus rambut panjang Tiffany penuh sayang. “Aku memang harus mendengarkannya
supaya kau bisa merasa lega. Kau juga jangan sungkan-sungkan untuk menceritakan
masalahmu padaku, ya?”
Tiffany
mengangguk, lalu menyesap teh hangatnya.
Saat
ini kedua muda-mudi itu sedang berada di teras rumah Tiffany. Sabtu sore,
jadwal Donghae menemui Tiffany. Dan baru saja Donghae mendengar cerita Tiffany tentang
kejadian di kantin tadi siang.
“Mmm… Donghae, maafkan aku…” tiba-tiba suara
Tiffany terdengar sedih.
Ditatap
gadisnya penuh kekhawatiran. “Kau kenapa?”
Dibalasnya
tatapan itu. Wajah Tiffany tampak sangat sedih. Begitu juga dengan perasaannya
saat ini. “Donghae… kau tahu kalau aku sangat menyukaimu?”
Mendengar
pertanyaan yang tak diduganya itu, Donghae mengernyitkan dahinya. Namun, detik
kemudian dia menghela napas panjang, lalu membuang muka ke taman bunga di
hadapannya. Dia mengerti arah pembicaraan ini. Dia paham sekali. “Aku tahu
kalau kau sangat menyukaiku, Fany. Karena aku pun juga sangat menyukaimu. Tidak.
Kurasa aku sangat mencintaimu.”
Saat
bibir Tiffany terbuka hendak berbicara, Donghae menatap wajahnya tajam.
“Berhenti untuk mencintai Eunhyuk, Tiffany!
Dia sudah berpacaran dengan Jessica! Kenapa kau tak bisa sedikit pun
melupakannya?! Demi aku! Donghae, pacarmu!”
Mata
Tiffany berair. Dia tidak menyangka reaksi Donghae akan marah seperti ini.
Sungguh menyeramkan sekali! Dan tatapannya… terluka? Pasti karena aku! Dan Tiffany tak kuasa menahan air matanya.
Seketika dia menangis dengan isak kecil. “Maafkan aku… sungguh… maafkan aku…”
katanya disela isak tangisnya.
Demi
melihat gadisnya menangis, hati Donghae pun luluh. Dia pun merasa bersalah
telah bersikap yang kurang mengenakkan bagi gadisnya. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku cemburu. Ya… aku sangat cemburu pada Eunhyuk
yang telah mencuri hatimu, Fany, batin Donghae. Dipeluknya Tiffany.
“Maafkan aku juga…”
***
“Pacar
Tiffany?” Jessica mengernyitkan dahinya. Merasa aneh mendengar pertanyaan itu
keluar dari mulut Eunhyuk. “Aku tidak tahu. memang kenapa?” katanya, lalu
meminum sodanya menggunakan sedotan. Mood-nya
seketika rusak.
“Tidak
apa-apa. Aku hanya ingin tahu,” jawab Eunhyuk santai sambil memainkan
sedotannya.
Keduanya
sedang makan malam di sebuah café
ternama. Sabtu malam, jadwal mereka hang
out bersama.
Jessica
menatap wajah Eunhyuk lamat-lamat. Sedangkan Eunhyuk mengernyitkan dahinya.
Salah tingkah. Ada yang salah denganku?
“Kenapa melihatku seperti itu? Malam ini aku sangat tampan ya?”
Seketika
Jessica tertawa. Cukup keras dan lebar. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya.
Bingung. Kenapa dia sangat pede sekali
sih? Tapi, dia sangat manis ya!, batinnya senang. “Ya, kau sangat tampan.
Tapi, lebih tampan lagi kalau kau tidak mengatakannya, tahu?”
Eunhyuk
ikut tertawa. “Lalu, tadi kenapa kau menatapku seperti ini?” tanyanya sambil
meniru cara Jessica menatapnya tadi.
“Apa?
Apa aku seperti itu tadi? Kenapa wajahku terlihat jelek ya?”
“Jelek?
Tidak. Tidak jelek. Wajahmu menyeramkan.”
Plak!
Satu
pukulan mendarat di kepala Eunhyuk. Lelaki itu mengusap-usap kepalanya. Cukup
sakit. Tega sekali! “Maafkan aku.
Tapi, itu benar! Kau sangat menyeramkan. Karena itu aku jadi tak nyaman
kaupandang aku seperti itu. Sebenarnya ada apa, sweetie?”
Jessica
mendengus keras, menahan tawa setelah mendengar panggilan kesayangan dari Eunhyuk
untuknya. “Mmm… lupakan saja! bukan apa-apa,” jawabnya santai.
Eunhyuk
menatap Jessica. “Benar bukan apa-apa?” tanyanya.
Jessica
mengangguk mantap. Setelah melihat Eunhyuk kembali menyantap makanannya,
Jessica diam-diam menghela napas berat. Kau
masih memikirkannya rupanya… Tiffanymu…
***
Malam
ini Tiffany sedang terbaring di tempat tidurnya. Tidak bisa tidur. Pikirannya
masih memikirkan Donghae dan juga perasaan yang sesungguhnya pada lelaki itu.
Donghae,
pacarnya kini, adalah teman sejak kecilnya. Rumah mereka hanya beda satu blok.
Saat Tiffany masih berpacaran dengan Eunhyuk, hubungan pertemanan mereka masih
terjalin. Dan begitu keduanya putus, Donghae menyatakan perasaannya padanya.
Butuh waktu seminggu bagi Tiffany untuk menjawabnya. Karena sebenarnya dia
masih mengharapkan Eunhyuk. Namun, harapannya kandas seketika saat diketahuinya
lelaki itu telah menjadikan Jessica sebagai pengggantinya. Dan akhirnya, Tiffany
menjawab iya atas pernyataan cinta Donghae. Saat itu Donghae tampak sangat
bahagia dan Tiffany turut senang karena bisa membuatnya seperti itu.
Tapi,
semua tidak semudah yang dia pikirkan. Dia tidak bisa melupakan Eunhyuk dari
pikirannya dan belum sepenuhnya mencintai Donghae. Padahal, dulu dia sering
berpikir bahwa seiring berjalannya hubungan mereka toh dia akan dengan mudah
melupakan Eunhyuk dan bisa mencintai Donghae sepenuh hati. Sayang, kenyataan
tidak seperti yang diharapkannya. Kini dia merasa bersalah sekali pada Donghae.
Apalagi bila teringat raut wajahnya yang terluka tadi.
Tiffany, kau jahat! Sangat jahat!, batinnya menyalahkan sikapnya.
Tiffany menghela napas berat, lalu mulai memejamkan matanya. Namun, saat itu
juga terdengar suara getar hand phone-nya.
Sambil berbaring, dia melihatnya. 1 new
message.
(from: My Ex-BF Eunhyuk)
Siapa sih pacarmu itu? Kumohon,
beritahu aku!
Tiffany
tersenyum hambar setelah membaca pesan singkat itu. Kenapa sih dia mau tahu sekali? Apa itu penting baginya?, tanyanya
di dalam hati.
(send to: My Ex-BF Eunhyuk)
Bukan urusanmu kan?
Tak
lama kemudian, hand phone-nya kembali
bergetar.
(from: My Ex-BF Eunhyuk)
Memang bukan. Tapi kurasa ini ga
adil. Kau tahu siapa pacarku kini. Tapi kau ga mau kasih tahu aku siapa
pacarmu. Jahat =(
Tidak adil?! Lagipula siapa yang
peduli denganmu! Ugh, dasar lelaki menyebalkan! Mengataiku jahat, lagi! Hati Tiffany kesal. Lagipula kan dia sendiri yang memberitahuku
bahwa dia sudah jadian dengan Jessica secara sukarela. Siapa juga yang minta
kasih tahu?!
(send to: My Ex-BF Eunhyuk)
Aku tetap ga akan jawab.
Sesukamulah menganggap ini adil atau ga
Hand phone-nya kembali bergetar. Tapi, Tiffany
tak mau melihatnya lagi.
Malam
itu Tiffany tidur dengan perasaan kesal.
***
“Memangnya…
seberapa besar sih rasa sukamu ke Eunhyuk, Fany?” tanya Donghae suatu hari,
saat keduanya sedang berada di taman kota sepulang sekolah.
Tiffany
memandang Donghae dengan kening mengernyit. “Kenapa tiba-tiba kau menanyakan
ini?”
Donghae
balas memandang Tiffany sambil tersenyum manis. “Memang kenapa? aku tidak boleh
tahu?”
Tiffany
terdiam sejenak, lalu tersenyum kecil. “Boleh saja. tapi… aku merasa agak aneh
karena jarang sekali kau ingin membicarakannya,” jawabnya pelan. Perlahan dia
mengalihkan pandangannya ke sekeliling taman. “Aku tidak bisa menjelaskannya,
Donghae. Tapi, yang kutahu aku sangat menyukainya. Biar bagaimana pun dulu kami
pernah berpacaran. Dan perasaan itu kurasa masih tertinggal.”
Kini
Donghae yang terdiam. Hatinya terasa perih mendengar pengakuan Tiffany. Namun,
tak ditampakkannya kesedihan itu di wajahnya. “Lalu, bagaimana dengan perasaan Eunhyuk
terhadapmu?” tanyanya datar.
“Aku tidak tahu. Dia penasaran sekali dengan
siapa aku berpacaran kini. Aku masih merahasiakan hubungan kita. Tidak ada
maksud apa-apa. Suatu saat aku akan bilang padanya bahwa kaulah priaku
sekarang!” Mata Tiffany kini beradu pandang dengan mata Donghae. Ditatap
lekat-lekat wajah itu sambil tersenyum. “Sangat terima kasih!”
Donghae
mengernyitkan dahinya. “Untuk apa?” tanyanya tak mengerti.
“Untuk
segala perhatianmu. Untuk segala kesabaranmu. Aku sangat beruntung memilikimu!
Dan… aku… aku akan melupakan Eunhyuk untukmu.”
Mata
Donghae membelalak. Tidak percaya dengan apa yang didengarnya. “Benarkah?”
Tiffany
menangguk mantap, menjawab pertanyaan itu.
Raut
wajah Donghae tampak sangat bahagia. Seperti saat dia mendengar jawaban atas
pernyataan cintanya dulu pada Tiffany. Dielus rambut Tiffany dengan sayang
sambil tak henti-hentinya tersenyum.
Tiffany
turut bahagia. Dia bisa merasakan kehangatan kasih sayang Donghae padanya.
Memang tak mudah melupakan Eunhyuk yang dulu sangat dicintainya. Tapi, demi
senyum Donghae, dia akan melakukannya.
***
-THE
END-
(29.12.2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar