Rabu, 14 November 2012

Ex



Main Cast:
-          Girls’ Generation’s Tiffany
-          Super Junior’s Eunhyuk
-          Super Junior’s Donghae
-          Girls’ Generation’s Jessica
***
“Jadi, siapa lelaki yang beruntung itu?” tanya Eunhyuk pada Tiffany saat keduanya berada di kantin yang kali ini sepi Sabtu ini.

Tiffany kaget menatap wajah lelaki dihadapannya. Sungguh tidak disangka lelaki itu akan sepenasaran ini atas pesan singkat yang dikirimnya semalam. Tiffany menunduk, kembali menyantap makanannya. “Itu bukan urusanmu kan?” katanya dengan suara yang dibuat senormal mungkin.

Eunhyuk terdiam sejenak sambil menatap Tiffany lekat-lekat. “Memang bukan urusanku. Tapi, bagaimana kalau aku ingin tahu? Kenapa kau tidak bisa menjawabnya? Jangan-jangan kau berbohong kan?”

Tiffany hampir tersedak setelah mendengar kta-katanya. Untung saja lelaki itu tidak menyadarinya. Tiffany menatap tajam. “Kau tidak mempercayaiku?”

“Bukan begitu, tapi…”

“Hyukie…” terdengar suara gadis memanggil lelaki itu. Mereka berdua terdiam dan menoleh ke arah suara. Gadis yang cantik. Namanya Jessica. Dengan santai, dirangkul lengan Eunhyuk tanpa memerdulikan keberadaan Tiffany. “Rupanya kau disini. Tidak tahu kan kau bahwa aku mencarimu kemana-mana?” katanya, lalu ditatapnya Tiffany. “Ada urusan apa antara kau dengannya?” tanyanya penuh selidik pada Eunhyuk.

 “Kami hanya berbincang sedikit. Kami kan teman lama. Apa salah?” jawab Eunhyuk, mencoba menenangkan hati Jessica. Agak sebal juga dengan sikap posesif gadis itu. “Yuk, kita pergi!” ajaknya pada Jessica.

Mereka pun meninggalkan Tiffany yang terdiam memandang keduanya yang semakin menjauh. Mendadak selera makannya hilang.

***

Kami kan teman lama.

Kata-kata Eunhyuk kembali terngiang di telinganya. Tiba-tiba saja hatinya terasa hancur berkeping-keping bila teringat kata-kata itu. Hei, Tiffany, kenapa kau jadi lemah seperti ini? Ayo, kuat! Kuat!, batin hatinya. Gadis itu menghela napas berat, lalu tersenyum kembali.

“Jadi, kau sudah merasa baikkan?” tanya Donghae sambil menyunggingkan senyum manisnya.

Tiffany tersenyum kecil, lalu mengangguk. “Iya. Terima kasih sudah mau mendengar curhatku!” katanya riang.

Donghae mengelus rambut panjang Tiffany penuh sayang. “Aku memang harus mendengarkannya supaya kau bisa merasa lega. Kau juga jangan sungkan-sungkan untuk menceritakan masalahmu padaku, ya?”

Tiffany mengangguk, lalu menyesap teh hangatnya.

Saat ini kedua muda-mudi itu sedang berada di teras rumah Tiffany. Sabtu sore, jadwal Donghae menemui Tiffany. Dan baru saja Donghae mendengar cerita Tiffany tentang kejadian di kantin tadi siang.

 “Mmm… Donghae, maafkan aku…” tiba-tiba suara Tiffany terdengar sedih.

Ditatap gadisnya penuh kekhawatiran. “Kau kenapa?”

Dibalasnya tatapan itu. Wajah Tiffany tampak sangat sedih. Begitu juga dengan perasaannya saat ini. “Donghae… kau tahu kalau aku sangat menyukaimu?”

Mendengar pertanyaan yang tak diduganya itu, Donghae mengernyitkan dahinya. Namun, detik kemudian dia menghela napas panjang, lalu membuang muka ke taman bunga di hadapannya. Dia mengerti arah pembicaraan ini. Dia paham sekali. “Aku tahu kalau kau sangat menyukaiku, Fany. Karena aku pun juga sangat menyukaimu. Tidak. Kurasa aku sangat mencintaimu.”

Saat bibir Tiffany terbuka hendak berbicara, Donghae menatap wajahnya tajam.

 “Berhenti untuk mencintai Eunhyuk, Tiffany! Dia sudah berpacaran dengan Jessica! Kenapa kau tak bisa sedikit pun melupakannya?! Demi aku! Donghae, pacarmu!”

Mata Tiffany berair. Dia tidak menyangka reaksi Donghae akan marah seperti ini. Sungguh menyeramkan sekali! Dan tatapannya… terluka? Pasti karena aku! Dan Tiffany tak kuasa menahan air matanya. Seketika dia menangis dengan isak kecil. “Maafkan aku… sungguh… maafkan aku…” katanya disela isak tangisnya.

Demi melihat gadisnya menangis, hati Donghae pun luluh. Dia pun merasa bersalah telah bersikap yang kurang mengenakkan bagi gadisnya. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku cemburu. Ya… aku sangat cemburu pada Eunhyuk yang telah mencuri hatimu, Fany, batin Donghae. Dipeluknya Tiffany. “Maafkan aku juga…”

***

“Pacar Tiffany?” Jessica mengernyitkan dahinya. Merasa aneh mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut Eunhyuk. “Aku tidak tahu. memang kenapa?” katanya, lalu meminum sodanya menggunakan sedotan. Mood-nya seketika rusak.

“Tidak apa-apa. Aku hanya ingin tahu,” jawab Eunhyuk santai sambil memainkan sedotannya.

Keduanya sedang makan malam di sebuah café ternama. Sabtu malam, jadwal mereka hang out bersama.

Jessica menatap wajah Eunhyuk lamat-lamat. Sedangkan Eunhyuk mengernyitkan dahinya. Salah tingkah. Ada yang salah denganku? “Kenapa melihatku seperti itu? Malam ini aku sangat tampan ya?”

Seketika Jessica tertawa. Cukup keras dan lebar. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. Bingung. Kenapa dia sangat pede sekali sih? Tapi, dia sangat manis ya!, batinnya senang. “Ya, kau sangat tampan. Tapi, lebih tampan lagi kalau kau tidak mengatakannya, tahu?”

Eunhyuk ikut tertawa. “Lalu, tadi kenapa kau menatapku seperti ini?” tanyanya sambil meniru cara Jessica menatapnya tadi.

“Apa? Apa aku seperti itu tadi? Kenapa wajahku terlihat jelek ya?”

“Jelek? Tidak. Tidak jelek. Wajahmu menyeramkan.”

Plak!

Satu pukulan mendarat di kepala Eunhyuk. Lelaki itu mengusap-usap kepalanya. Cukup sakit. Tega sekali! “Maafkan aku. Tapi, itu benar! Kau sangat menyeramkan. Karena itu aku jadi tak nyaman kaupandang aku seperti itu. Sebenarnya ada apa, sweetie?”

Jessica mendengus keras, menahan tawa setelah mendengar panggilan kesayangan dari Eunhyuk untuknya. “Mmm… lupakan saja! bukan apa-apa,” jawabnya santai.

Eunhyuk menatap Jessica. “Benar bukan apa-apa?” tanyanya.

Jessica mengangguk mantap. Setelah melihat Eunhyuk kembali menyantap makanannya, Jessica diam-diam menghela napas berat. Kau masih memikirkannya rupanya… Tiffanymu…

***

Malam ini Tiffany sedang terbaring di tempat tidurnya. Tidak bisa tidur. Pikirannya masih memikirkan Donghae dan juga perasaan yang sesungguhnya pada lelaki itu.

Donghae, pacarnya kini, adalah teman sejak kecilnya. Rumah mereka hanya beda satu blok. Saat Tiffany masih berpacaran dengan Eunhyuk, hubungan pertemanan mereka masih terjalin. Dan begitu keduanya putus, Donghae menyatakan perasaannya padanya. Butuh waktu seminggu bagi Tiffany untuk menjawabnya. Karena sebenarnya dia masih mengharapkan Eunhyuk. Namun, harapannya kandas seketika saat diketahuinya lelaki itu telah menjadikan Jessica sebagai pengggantinya. Dan akhirnya, Tiffany menjawab iya atas pernyataan cinta Donghae. Saat itu Donghae tampak sangat bahagia dan Tiffany turut senang karena bisa membuatnya seperti itu.

Tapi, semua tidak semudah yang dia pikirkan. Dia tidak bisa melupakan Eunhyuk dari pikirannya dan belum sepenuhnya mencintai Donghae. Padahal, dulu dia sering berpikir bahwa seiring berjalannya hubungan mereka toh dia akan dengan mudah melupakan Eunhyuk dan bisa mencintai Donghae sepenuh hati. Sayang, kenyataan tidak seperti yang diharapkannya. Kini dia merasa bersalah sekali pada Donghae. Apalagi bila teringat raut wajahnya yang terluka tadi.

Tiffany, kau jahat! Sangat jahat!, batinnya menyalahkan sikapnya. Tiffany menghela napas berat, lalu mulai memejamkan matanya. Namun, saat itu juga terdengar suara getar hand phone-nya. Sambil berbaring, dia melihatnya. 1 new message.

(from: My Ex-BF Eunhyuk)
Siapa sih pacarmu itu? Kumohon, beritahu aku!

Tiffany tersenyum hambar setelah membaca pesan singkat itu. Kenapa sih dia mau tahu sekali? Apa itu penting baginya?, tanyanya di dalam hati.

(send to: My Ex-BF Eunhyuk)
Bukan urusanmu kan?

Tak lama kemudian, hand phone-nya kembali bergetar.

(from: My Ex-BF Eunhyuk)
Memang bukan. Tapi kurasa ini ga adil. Kau tahu siapa pacarku kini. Tapi kau ga mau kasih tahu aku siapa pacarmu. Jahat =(

Tidak adil?! Lagipula siapa yang peduli denganmu! Ugh, dasar lelaki menyebalkan! Mengataiku jahat, lagi! Hati Tiffany kesal. Lagipula kan dia sendiri yang memberitahuku bahwa dia sudah jadian dengan Jessica secara sukarela. Siapa juga yang minta kasih tahu?!

(send to: My Ex-BF Eunhyuk)
Aku tetap ga akan jawab. Sesukamulah menganggap ini adil atau ga

Hand phone-nya kembali bergetar. Tapi, Tiffany tak mau melihatnya lagi.

Malam itu Tiffany tidur dengan perasaan kesal.

***

“Memangnya… seberapa besar sih rasa sukamu ke Eunhyuk, Fany?” tanya Donghae suatu hari, saat keduanya sedang berada di taman kota sepulang sekolah.

Tiffany memandang Donghae dengan kening mengernyit. “Kenapa tiba-tiba kau menanyakan ini?”

Donghae balas memandang Tiffany sambil tersenyum manis. “Memang kenapa? aku tidak boleh tahu?”

Tiffany terdiam sejenak, lalu tersenyum kecil. “Boleh saja. tapi… aku merasa agak aneh karena jarang sekali kau ingin membicarakannya,” jawabnya pelan. Perlahan dia mengalihkan pandangannya ke sekeliling taman. “Aku tidak bisa menjelaskannya, Donghae. Tapi, yang kutahu aku sangat menyukainya. Biar bagaimana pun dulu kami pernah berpacaran. Dan perasaan itu kurasa masih tertinggal.”

Kini Donghae yang terdiam. Hatinya terasa perih mendengar pengakuan Tiffany. Namun, tak ditampakkannya kesedihan itu di wajahnya. “Lalu, bagaimana dengan perasaan Eunhyuk terhadapmu?” tanyanya datar.

 “Aku tidak tahu. Dia penasaran sekali dengan siapa aku berpacaran kini. Aku masih merahasiakan hubungan kita. Tidak ada maksud apa-apa. Suatu saat aku akan bilang padanya bahwa kaulah priaku sekarang!” Mata Tiffany kini beradu pandang dengan mata Donghae. Ditatap lekat-lekat wajah itu sambil tersenyum. “Sangat terima kasih!”

Donghae mengernyitkan dahinya. “Untuk apa?” tanyanya tak mengerti.

“Untuk segala perhatianmu. Untuk segala kesabaranmu. Aku sangat beruntung memilikimu! Dan… aku… aku akan melupakan Eunhyuk untukmu.”

Mata Donghae membelalak. Tidak percaya dengan apa yang didengarnya. “Benarkah?”

Tiffany menangguk mantap, menjawab pertanyaan itu.

Raut wajah Donghae tampak sangat bahagia. Seperti saat dia mendengar jawaban atas pernyataan cintanya dulu pada Tiffany. Dielus rambut Tiffany dengan sayang sambil tak henti-hentinya tersenyum.

Tiffany turut bahagia. Dia bisa merasakan kehangatan kasih sayang Donghae padanya. Memang tak mudah melupakan Eunhyuk yang dulu sangat dicintainya. Tapi, demi senyum Donghae, dia akan melakukannya.

***
-THE END-
(29.12.2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar