Selasa, 13 November 2012

Jealous



Main Cast:
-          U-KISS’s Eli
-          U-KISS’s Kevin
***
Hari itu, kelas XI IPS 2 kedatangan siswa baru bernama Lee Ki Seop. Tidak ada yang istimewa bagi siswa-siswa di kelas itu, tapi tidak bagi siswi-siswinya. Siswa baru itu sangat tampan dan mempunyai postur tubuh yang bagus.

“Ada malaikat yang turun ke kelas kita,” bisik Miseon namun masih dalam jarak dengar Eli yang duduk di seberangnya.

“Kau terlalu berlebihan, Seon-ah!” seru Eli yang dimanyuni Miseon.

“Memang kenyataannya seperti itu, Eli!” bela Daehee, teman sebangku Miseon. “Bilang saja kau iri padanya! Akui saja.”

Tentu saja perkataan Daehee membuat panas hati Eli. Baru saja dia akan membalas kata-kata itu, Bu Hyeri menyuruh seluruh murid kelas itu untuk cepat menyelesaikan tugas gambar mereka. Eli hanya bisa menghela napas berat dan kembali mengerjakan gambarnya yang baru setengah jadi.

***

“Apa yang sedang kau kerjakan?” tanya Kiseop pada Kevin yang duduk di seberangnya.

Kevin menghentikan pekerjaannya, lalu menatap Kiseop sambil tersenyum ramah. “Poster,” jawabnya singkat. “Kau tidak ikut membuatnya?” tanyanya yang dijawab gelengan lemah dari Kiseop. “Kenapa?”

“Aku tidak membawa buku gambar. Aku akan bilang pada guru itu,” jawabnya sambil berdiri dari duduknya. Namun, sebelum melangkah, Kiseop berkata, “Nanti beritahu aku jadwal pelajaran kita ya!”

Kevin hanya mengangguk, lalu melanjutkan pekerjaannya.

“Hei, Kevin, kenapa kau mengobrol dengannya?” tanya Eli, teman sebangku Kevin, saat Kiseop sedang berjalan ke tempat Bu Hye ri.

“Hm? Memangnya kenapa? Kelihatannya dia baik,” Kevin balik tanya tanpa mengalihkan pandangan pada gambarnya.

“Kurasa, Eli cemburu!” seru Jaeseop yang ikut mendengarkan pembicaraan mereka. dia dan Hoon, teman sebangkunya, terkekeh pelan.

Kevin mengernyitkan keningnya, lalu menatap Jaeseop yang duduk di belakangnya. “Cemburu?” ulangnya yang hanya diangguki Jaeseop. Lalu, Kevin menatap Eli dengan isyarat meminta penjelasan.

Wajah Eli tampak kesal. “Jangan kau dengar kata-katanya!” serunya sambil melirik Jaeseop dengan tatapan kesal. Bukannya takut, Jaeseop malah menjulurkan lidahnya. “Jaeseop-ah!!!” teriaknya kencang yang langsung membuat hening suasana kelas.

“Ellison Kim!” tegur Bu Hyeri dengan suara mengancam.

“Maaf, Bu Hyeri…” jawab Eli dengan suara gugup dan wajah menunduk.

***

Istirahat tiba. Kevin, Eli, Jaeseop, dan Hoon berencana untuk makan di kantin. Sebelum pergi, Kevin mengeluarkan sebuah notebook kecil dari tas dan diberikannya ke Kiseop. “Ini, jadwal pelajaran di kelas kita!” katanya yang langsung diambil Kiseop. Siswa baru itu mengucapkan terima kasih. “Sama-sama, Kiseop,” balasnya.

“Kevin, ayo, cepat!” panggil Hoon yang sudah berada di luar kelas bersama Eli dan Jaeseop, menunggu Kevin.

“Ah, ya… tunggu!” seru Kevin. “Kutinggal ya! Bye, Kiseop-ah!” Baru saja Kevin akan berlari menyusul teman-temannya, tiba-tiba, Kiseop menarik tangannya. Kevin menatap Kiseop dengan dahi mengernyit, bingung dengan sikap teman barunya itu. “Kenapa?”

Kiseop terdiam sebentar. “Mmm… bolehkah… bolehkah aku ikut?” tanyanya dengan sikap takut-takut.

“Tentu saja!” jawab Kevin cepat sambil tersenyum. “Ayo!” serunya sambil menarik tangan Kiseop yang belum juga melepaskan tangannya.

Keduanya berlari pelan sambil bergandengan tangan.

Hi, guys! Kiseop bergabung dengan kita!” seru Kevin sambil tersenyum lebar pada tiga sahabatnya saat mereka sudah berkumpul bersama di luar kelas. “Oya, namaku Kevin Woo,” kata Kevin pada Kiseop. “Ini Kim Jae Seop, sebelahnya Yeo Hoon Min, dan di sebelahnya lagi Ellison Kim.”

Kiseop membungkuk pada mereka semua yang dibalas oleh Jaeseop dan Hoon. Eli memalingkan wajahnya dari Kiseop dengan kedua tangan melipat di bawah dadanya. Kevin bingung melihat sikap dingin Eli pada Kiseop. Eli menyadari bahwa Kevin sedang memerhatikannya, tapi dia tak memedulikannya. Tiba-tiba saja, Eli berjalan mendahului mereka.

“Hei, Eli!” panggil Jaeseop yang juga tak dipedulikan Eli.

“Ada apa sih dengannya? Hari ini dia aneh sekali!” omel Kevin tak mengerti.

“Mmm… apa seharusnya aku tidak bergabung bersama kalian?” tanya Kiseop dengan nada takut-takut.

“Eh? Tidak! Tentu saja kau boleh bergabung, ya kan, Hoon? Jaeseop?”

Jaeseop dan Hoon kompak mengangguk sambil tersenyum.

“Aku tidak keberatan kau ikut gabung. Semakin banyak, semakin ramai hehe…” kata Hoon yang membuat tiga lelaki itu ikut terkekeh.

“Lalu, bagaimana dengan Ellison?” tanya Kiseop dengan nada cemas.

“Biarkan saja dulu! Mungkin dia memang ingin sendiri,” jawab Jaeseop. “Tunggu apa lagi? Ayo, ke kantin! Aku lapar!”

***

Di perjalanan menuju rumah, Kevin dibuat bingung lagi dengan sikap Eli. Seperti biasanya mereka selalu pulang bersama, namun entah kenapa lelaki yang biasanya sering bercanda dan tertawa itu jadi pendiam. Wajahnya juga tampak kesal dan sikapnya itu sudah  berlangsung sejak istirahat tadi.

“Kau kenapa, Eli?” tanya Kevin to the point.

Eli tak menjawab. Lelaki itu terus saja berjalan sambil menendang kerikil di depannya. Dia mendengar pertanyaan Kevin, hanya saja dia malas menjawabnya.

“Eli, jawab pertanyaanku,” pinta Kevin dengan suara pelan.

Kevin menangis? Batin Eli kaget begitu menyadari suara Kevin juga terdengar serak. Ditatap lelaki yang berjalan di sampingnya itu lekat-lekat. Ya, Kevin hampir menangis. Air matanya sudah berkumpul di mata kecilnya dan siap tumpah. Biasanya Eli tak akan tega melihat Kevin dalam kondisi seperti itu. Biasanya dia langsung menghibur Kevin dan membuatnya tertawa. Tapi, tidak kali ini. Eli memalingkan wajahnya dari Kevin.

Kevin terpukul sekali mendapatkan perlakuan seperti itu dari sahabat baiknya. Ada apa dengan Eli? Apa yang salah denganku? Kenapa dia mengacuhkanku? Batinnya terus bertanya-tanya. Tanpa disadarinya, air matanya sudah meleleh tanpa bisa ditahan. Membuat sungai-sungai kecil di kedua pipinya. Dia menyusul Eli yang sudah berada cukup jauh di depannya. “Kau marah padaku? Kenapa?” tanya Kevin sambil menarik tangan Eli, menginginkan perhatian penuh.

“Bisa tidak kau berhenti bersikap konyol seperti itu? Mudah menangis! Tak malukah kau dilihat olehku? Oleh orang lain?” akhirnya Eli bersuara juga. Suaranya cukup keras dan penuh amarah.

Buru-buru Kevin menghapus air matanya dengan kedua tangannya. “Maaf…” akunya. “Kenapa kau bersikap seperti ini padaku? Kau membuatku takut, sedih dan bingung.”

Keduanya terdiam terpaku sambil menatap satu sama lain. Rasa bersalah mulai menyergap Eli. Ya, aku yang salah. “Maafkan aku, Kevin…” akunya dengan suara pelan.

“Tidak apa-apa, Eli. Tapi, bisakah kau jelaskan kenapa? Kalau kau tidak keberatan.”

Eli terdiam. Matanya memerhatikan sekitarnya. “Disana ada kursi. Kita duduk disana dulu, oke?”

***

“Baiklah, kuakui aku cemburu padamu,” jawab Eli saat keduanya sudah duduk di bangku panjang.

Dahi Kevin mengernyit. “Cemburu? Apa yang kau cemburui dariku? Aku bukan apa-apa bila dibandingkan kau yang tampan ini hehe…”

Eli terkekeh kecil dibuatnya. Namun, detik kemudian wajahnya mulai mengeras kembali. Ditatap Kevin lekat-lekat. “Kau terlalu sibuk dengan siswa baru itu hari ini. Aku merasa tersingkirkan,” akunya dengan suara kesal.

Pengakuan Eli tentu saja mengagetkan Kevin. Matanya membola. “Ya Tuhan! Eli, tentu saja aku harus seperti itu pada Kiseop. Dia kan siswa baru! Kita harus ramah padanya agar dia merasa senang dengan kita, teman-teman barunya. Dan aku tidak akan pernah menyingkirkanmu, Eli! Tidak akan! Kau sahabat terbaikku, juga Jaeseop dan Hoon.” Kevin menggenggam tangan Eli sambil tersenyum lembut. “Cobalah kau berteman baik dengannya! Dia sangat baik, yah… kuakui dia orang yang kaku, tapi itu karena dia belum terlalu dekat dengan kita.”

“Entahlah, Kevin. Kurasa, dia mengancam posisiku sebagai siswa tertampan.” Kevin mendaratkan pukulan kecil ke bahu Eli. Eli meringis kesakitan. Tentu saja yang tadi itu dia bercanda. Tak ada salahnya juga berteman dengan siswa baru itu.

***

-The End-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar