Main Cast:
-
U-KISS’s Kiseop
-
U-KISS’s Jaeseop
***
Kiseop tercengang mendengar ide gila Jaeseop. Lalu,
dengan mantap dia menggeleng. “Idemu itu tidak masuk akal, Jaeseop-ah!” seru
Kiseop dengan wajah serius.
“Kenapa? Kau tidak ingin membantuku?” tanya Jaeseop
menantang.
“Bukan begitu, tapi…” Kiseop terdiam dan menatap kawan
barunya itu lekat-lekat. Ya, dia memang baru seminggu berada di sekolah barunya
itu dan itu berarti seminggu pula dia telah menjadi teman Jaeseop dan yang lainnya.
Tak perlu waktu lama untuk keduanya dekat seperti saat ini. “Kau memintaku
untuk menggoda pacarmu di klub malam? Kau pasti gila! Klub malam? Aku belum
pernah ke sana! Dan kupikir aku tidak menyukainya.”
“Kau pikir aku pernah ke sana? Belum! Lagipula, permintaanku
tak terlalu susah kan? Aku hanya memintamu untuk menggoda Sonhee. Kau pasti
bisa melakukannya!”
“Memangnya aku punya tampang seperti itu? Tampang playboy? Hah?!”
Jaeseop tertawa melihat wajah kesal Kiseop. Baru
pertama kali ini dia melihatnya. Lucu
sekali! Batinnya geli. “Bukan, bukan… sudahlah, bantu aku saja! Aku ingin memutuskannya
saat memergokinya bermesraan denganmu. Dengan begitu, dia pasti tidak akan
mengelak saat kukatakan bahwa dia playgirl!”
“Tahu darimana kau bahwa pacarmu playgirl?”
“Aku punya mata-mata. Dan aku juga baru tahu kalau dia
sering sekali ke klub malam. Menyesal sekali aku pernah menyatakan cinta
padanya dulu. Kupikir dia gadis baik-baik, innocent.”
Kini ganti Kiseop yang tertawa, membuat Jaeseop mengerutkan keningnya, bingung.
“Kenapa? Ada yang lucu?”
Buru-buru Kiseop menggelengkan kepalanya. “Tidak ada.
Tapi… hahaha… tak kusangka lelaki sepintar kau bisa tertipu begitu saja dengan penampilan
seseorang!” akunya yang hanya dimanyuni Jaeseop. “Hey, kenapa kau tidak minta bantuan pada yang lain? Kevin? Eli?
Hoon? Eli sangat tampan dan kurasa dia sangat mudah menggoda pacarmu itu!”
“Sonhee sudah mengenal mereka semua dan mereka pun menolaknya
saat aku meminta mereka untuk membantuku.”
“Lalu, kenapa kau memilihku?”
“Tentu saja karena Sonhee belum mengenalmu! Kau juga
tak kalah tampan dari Eli dan tubuhmu tak kalah atletis dari Hoon. Kau juga dandy seperti Kevin. Intinya, kau sangat
sempurna untuk menjadi penggodanya!”
“Perkataanmu membuatku merasa sangat rendah!”
“Hey, jangan
berpikir seperti itu! Tentu saja kau tidak rendah, Kiseop-ah!” seru Jaeseop
cepat. Lalu, wajahnya berubah memelas. Walaupun baru seminggu berteman, Jaeseop
tahu bahwa Kiseop tak akan tahan melihat seseorang merajuk. Dan inilah saatnya
dia beraksi! “Ayolah, Kiseop-ah, bantu aku! Tak tegakah kau melihat temanmu
berpacaran dengan playgirl itu? Hmmm?” rajuknya sungguh-sungguh.
Tampak Kiseop mulai gelisah. Satu menit… dua menit…
“Tapi kan aku tidak tahu Sonhee-mu seperti apa. Bagaimana aku bisa menggodanya
kalau aku tidak tahu orangnya yang mana?”
Hati Jaeseop gembira mendengar tanggapan temannya itu.
Tanda-tanda Kiseop akan membantunya. “Itu gampang! Aku akan memberitahumu saat
kita berada di klub malam itu nanti,” jawabnya. “Jadi, kau mau menolongku kan?
Ya? Ya?”
Kiseop terdiam dengan wajah datarnya menatap Jaeseop.
Sungguh, dia masih bimbang. Tapi, kondisi Jaeseop membuatnya iba juga. Dia sama
sekali tidak bisa membayangkan bagaimana kalau dia di posisi Jaeseop. Akhirnya,
Kiseop mengangguk pelan, bertepatan dengan bell
tanda istirahat usai berbunyi.
***
Bell
tanda pulang berbunyi. Murid-murid saling berebut
keluar kelas, sementara Eli, Hoon, Jaeseop, Kevin dan Kiseop tampak santai
membereskan peralatan sekolah mereka dan memasukkannya ke dalam tas
masing-masing.
“Hey,
SeopSeop Brothers! Malam minggu mau
ikut hang out tidak?” tanya Hoon pada
Jaeseop dan Kiseop yang sedang merapikan peralatan tulis mereka. SeopSeop Brothers adalah panggilannya, Kevin dan
Eli pada mereka yang akhir-akhir ini terlihat sangat dekat.
“Kami tidak bisa, Hoon,” Jaeseop yang menjawab,
sementara Kiseop tampak cemberut dari mejanya. “Kami ada urusan saat itu.”
Kevin menatap Jaeseop yang duduk di belakangnya dengan
dahi mengerut. Lalu, ganti menatap Kiseop. “Urusan apa?” tanyanya penasaran. Tumben sekali mereka mempunyai urusan
sendiri. “Kita kan selalu berlima!”
“Aku tahu, Kevin, tapi maaf… aku dan Kiseop tidak bisa
ikut kalian. Lain kali pasti kami akan ikut. Janji!”
“Tapi, ada urusan apa kalian berdua di malam minggu?”
tanya Eli, yang duduk bersebelahan dengan Kevin, ikut penasaran.
“Jangan bilang kalau kalian… akan berkencan!”
“Tentu saja tidak, Kevin!” seru Kiseop yang dari tadi
hanya diam saja mendengarkan mereka bicara. Apa-apaan
itu? Berkencan? Dengan Jaeseop? Memangnya aku lelaki macam apa?! Batinnya
kesal. “Aku dan Jaeseop akan…”
“Tidak! Tidak! Biar aku yang jelaskan,” potong
Jaeseop, lalu menatap tiga kawannya itu bergantian. Dia tidak mengacuhkan
tatapan kesal Kiseop yang tadi dipotong perkataannya. “Kalian masih ingat
Sonhee?” Tiga lelaki itu mengangguk. “Well,
aku meminta Kiseop untuk… kalian tahulah apa yang akan Kiseop lakukan. Toh dulu aku pernah meminta hal yang
sama pada kalian. Jadi, please, aku
minta pengertian dari kalian, oke?”
Eli, Hoon dan Kevin saling pandang. Lalu, sama-sama
mengangguk setuju.
“Kuharap misi kau berhasil, Jaeseop-ah!” harap Hoon
yang diamini Jaeseop.
“Tapi, kasihan sekali kau, Kiseop-ah, harus menjadi
umpannya,” kata Kevin sambil meremas bahu Kiseop, mencoba menguatkannya.
“Tahulah,” hanya itu yang bisa dikatakan Kiseop. Mood-nya benar-benar jelek saat ini. “Ayo,
kita pulang!”
***
Pukul sebelas
malam, Kiseop dan Jaeseop sudah sampai di sebuah klub malam yang sering
didatangi Sonhee, pacar Jaeseop. Mereka mengendarai motor masing-masing. Udara
malam ini cukup dingin. Bahkan Kiseop yang sudah memakai jaket tebal dan sarung
tangan masih bisa merasakan dinginnya malam.
“Ayo, kita masuk!” seru Jaeseop yang sudah turun dari
motornya.
Dengan langkah berat, Kiseop mengikuti langkah Jaeseop
dari belakang. Tiba-tiba, dia merasakan hand
phone-nya bergetar di saku kemejanya. Tanda sms masuk.
From: Hyeseon
Selamat malam minggu, my love. I miss you ♥
Kiseop
menghela napas panjang sambil tersenyum membacanya. Yang sms itu adalah pacarnya. Sudah dua bulan mereka bersama. Sebelumnya,
Kiseop sudah memberitahu Hyeseon bahwa malam ini dia tidak bisa mengajaknya
pergi seperti biasanya. Tentu saja Kiseop tidak memberitahukan alasan
sebenarnya. Untung saja Hyeseon bisa mengerti.
“Wajahmu
bahagia sekali! Sms dari siapa?”
tanya Jaeseop tiba-tiba. Kiseop terkekeh, lalu menunjukkan sms itu pada
Jaeseop. “Hahaha... selamat malam minggu?
Tak pernah dengar sebelumnya,” komentar Jaeseop setelah membacanya. “Tapi, kau
beruntung, sepertinya pacarmu sangat perhatian padamu.”
“Pastinya!”
seru Kiseop sambil tersenyum. Terlintas wajah Hyeseon di benaknya.
Suasana
di klub malam sangat ramai. Musik diputar kencang-kencang. Para tamu ada yang
berdansa atau sekedar berkumpul
dengan teman masing-masing. Kiseop dan Jaeseop yang baru pertama kali ke sana
sama sekali tidak nyaman dengan suasananya.
“Sonhee-mu
yang mana? Ada di sekitar sini?” tanya Kiseop setengah berteriak pada Jaeseop.
Musik yang hingar bingar tak memungkinkan mereka untuk bicara pelan, apalagi
berbisik.
Jaeseop
mengedarkan pandangannya. Cukup lama juga mencari sosok pacarnya, akhirnya
Jaeseop menemukannya. “Ada!” serunya, lalu menatap Kiseop. “Akan kusebutkan
ciri-cirinya dan kau yang mencarinya ya?” Kiseop mengangguk. “Oke, rambutnya
hitam-ikal dengan panjang sebahu. Dia memakai baju terusan selutut warna merah maroon. Dia sedang berdansa dengan...
dengan... tiga lelaki sekaligus dan sepertinya dia sangat dekat dengan salah
satu dari mereka.” Jaeseop menggeram pelan setelah menyelesaikan kalimatnya.
“Bagaimana? Kau sudah menemukannya?”
“Tunggu
sebentar!” seru Kiseop yang kepalanya masih celingukan mencari sosok
Sonhee itu. Lama juga Kiseop mencarinya, sampai akhirnya matanya terhenti pada
seseorang yang sangat dikenalkannya. Astaga!
Batinnya terkejut. Benarkah apa yang
kulihat?
“Ada
apa, Kiseop-ah?” tanya Jaeseop yang menyadari keterkejutan Kiseop yang
tergambar jelas di wajahnya.
“Eh?
Tidak. Tidak apa-apa...” jawabnya tergagap.
“Kau
sudah menemukan Sonhee?”
“Belum,”
jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari orang yang dilihatnya tadi.
Tiba-tiba, dia tersadar oleh beberapa hal. God!
“Sonhee-mu berambut hitam-ikal sebahu?”
“Ya.”
“Memakai
baju terusan berwarna merah maroon?”
“Ya.”
“Dia
sedang berdansa?”
“Kau
sudah menemukannya, dude! Cepat kau
ke sana dan mulai beraksi!”
“Dan
dia bersekolah di Lovely All Girl School tingkat satu?”
“Ya.
Hey! Kenapa kau bisa tahu? Aku tidak
pernah mengatakannya,” tanya Jaeseop, kaget dan bingung. “Jangan bilang kalau
kau adalah kakaknya!” tebaknya yang langsung digelengi Kiseop. “Lalu?”
Cukup
lama Kiseop terdiam. Dia sama sekali tidak mau menerima apa yang sedang terjadi
saat itu. Kenapa aku harus mengetahui
semua ini, Tuhan? Aku sama sekali tidak siap... batinnya sedih.
“Kiseop-ah...”
panggil Jaeseop sambil memegang bahu kawannya itu. Tentu saja dia sangat
penasaran kenapa Kiseop bisa mengetahui dimana pacarnya bersekolah. Kiseop
menatap Jaeseop dalam-dalam dan Jaeseop bisa merasakan ada luka di matanya itu.
Tapi apa? Kenapa? “Kiseop-ah, kau
baik-baik saja?” tanyanya lagi.
Kiseop
menghela napas berat, lalu menggeleng. “Aku sudah tahu dimana Sonhee-mu itu.
Ayo, lakukan seperti apa yang sudah kau rencanakan!” serunya sambil tersenyum
kecil.
“Tapi,
kau...? Ada apa denganmu?”
“Sudahlah,
aku akan ke sana sekarang untuk menggodanya. Oke?”
***
Hyeseon
tentu saja kaget dengan kehadiran Kiseop yang tiba-tiba di depan matanya.
“Kiseop-ah?”
tanyanya yang hanya disenyumi pacarnya itu.
“Siapa
dia, Seon-ah?” tanya salah seorang lelaki yang bersamanya.
Hyeseon
tidak menjawab. Dia malah menarik tangan Kiseop dan mengajaknya keluar lantai
dansa. Wajahnya tampak senang mendapati pacarnya ada bersamanya. “Apa yang kau
lakukan disini? Aku baru tahu kalau kau juga bisa datang ke sini.”
“Aku
juga baru tahu kau sering ke sini,” kata Kiseop sambil menarik Hyeseon dalam
pelukannya. Dia bisa merasakan tubuh Hyeseon menjadi agak kaku karenanya.
“Apa
maksudmu dengan sering? Dan kau pikir
apa yang sedang kau lakukan, Kiseop-ah?” tanya Hyeseon yang merasa tak nyaman
berada begitu dekat dengan sang pacar. Selama dua bulan ini keduanya memang
tidak pernah melakukan kontak fisik yang berlebihan, kecuali pegangan tangan.
Hyeseon mengira Kiseop adalah lelaki yang tak kan mudah menyentuh gadis manapun.
Tentu
saja perkiraan Hyeseon itu benar. Malam ini, Kiseop hanya melaksanakan
tugasnya. “Aku rindu padamu, Seon-ah,” akunya, lalu mendekatkan wajahnya dengan
wajah Hyeseon. Saat bibir mereka hampir bersentuhan, dia bisa merasakan tubuh
Hyeseon ditarik menjauh darinya. Kini Jaeseop ada diantara mereka. Dan Kiseop
tak ingin tahu kelanjutannya seperti apa. Dia segera menarik diri dari mereka
dan menunggu Jaeseop di luar seperti yang sudah direncanakan sebelumnya.
***
“Kurasa
aku tidak merencanakan adegan ciuman,” kata Jaeseop pada Kiseop setelah berada
di luar klub malam. Tentu saja rencananya memutuskan Sonhee-nya berhasil. “Tapi,
tak apa! Aktingmu bagus sekali, Kiseop-ah!” katanya lagi sambil menggenggam
bahu Kiseop. Kawannya itu tetap diam, tidak bereaksi. “Ada apa, Kiseop-ah?”
tanyanya khawatir.
Akhirnya,
Kiseop hanya menggelengkan kepalanya saja. Lalu, ditatap wajah Jaeseop dengan
tatapan sendu. “Bisakah kau mengantarku sampai rumah?” tanyanya dengan nada
lirih dan pelan.
“Hah?
Apa maksudmu? Kita kan membawa dua motor. Kalau aku mengantarmu, motor yang
satunya lagi bagaimana?” tanya Jaeseop tak mengerti dengan maksud permintaan
Kiseop yang menurutnya sangat aneh. Ada
apa dengannya?
“Kita
bisa meminta Eli atau Kevin atau Hoon untuk kesini dan membawa motor yang
satunya. Aku yakin mereka akan mau membantu kita,” jawabnya. “Tolonglah...
kupikir aku tidak akan bisa mengendarai motorku untuk saat ini...” pintanya
memelas.
Melihat
kondisi Kiseop seperti itu, Jaeseop pun tak tega. Dia segera menelepon Eli.
“Eli akan datang ke sini,” kata Jaeseop setelah selesai menelepon, lalu duduk
di sebelah Kiseop. “Kau sakit?” tanyanya cemas.
“Sedikit
pusing,” akunya.
Jaeseop
meletakkan telapak tangannya ke kening Kiseop. Panas! “Ya Tuhan... kurasa kau demam!” serunya kaget. “Kau
kedinginan?” Kiseop mengangguk pelan. Tanpa bertanya lagi, Jaeseop melepaskan jaketnya
dan meletakkannya di punggung Kiseop. Dipeluk bahu Kiseop erat, mencoba membuat
Kiseop merasa hangat. “Maafkan aku, Kiseop-ah...”
“Untuk
apa?” tanya Kiseop masih dengan suara pelan dan lirih.
“Karena
aku, kau jadi sakit seperti ini. Aku janji, aku tidak akan membuatmu seperti
ini lagi.” Kiseop terkekeh pelan, lalu menggenggamkan tangannya dengan tangan
Jaeseop. Dia bisa merasakan kehangatan pada tangan kawannya itu. “Tanganmu
dingin sekali, Kiseop-ah!” seru Jaeseop.
“Jangan
lepaskan tanganmu dariku, Jaeseop-ah...” pinta Kiseop lemah.
“Tentu
saja tidak! Aku akan membuat tanganmu hangat,” kata Jaeseop sambil mengeratkan
genggamannya. “Terima kasih, Kiseop-ah, sudah mau membantuku.”
Kiseop
tersenyum. “Aku juga senang bisa membantumu,” akunya.
“Kuharap,
aku tidak akan bertemu lagi dengan gadis macam Sonhee yang mudah sekali digoda
oleh lelaki tampan macam kau hehehe...” doanya sambil terkekeh. “Dan kurasa aku
tidak akan pacaran lagi untuk waktu yang lama. Jera,” akunya.
“Aku
juga,” timpal Kiseop begitu saja, membuat Jaeseop bingung.
“Maksudmu?
Kau kan masih berpacaran dengan Hyeseon-mu? Kau ingin putus?” tanya Jaeseop,
terkejut.
Kiseop
yang menyadari kelepasannya berbicaranya tadi hanya terkekeh saja. Apa aku harus jujur padamu, Jaeseop-ah,
bahwa Sonhee-mu dan Hyeseon-ku itu adalah orang yang sama? Namun, akhirnya Kiseop memutuskan
untuk tidak mengatakannya. Cukup dia saja yang tahu. Dan dia akan memutuskan
Hyeseon atau siapalah namanya secepatnya. Dia pun jadi berpikir nama apa lagi
yang digunakan gadis itu saat berkenalan dengan lelaki lain.
“Kiseop-ah,
jawab pertanyaanku tadi!” kejar Jaeseop, membuyarkan lamunan Kiseop.
Kiseop
hanya tersenyum lemah. Dia tak akan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan
gadis itu lagi. “Lupakan saja, Jaeseop-ah!” pintanya dengan wajah memelas.
Jaeseop hanya diam dan itu membuatnya lega. Setidaknya Jaeseop akan berhenti bertanya
tentang hal itu untuk saat ini. “Menurutmu, apa yang dilakukan Kevin, Eli dan
Hoon malam ini?”
“Nonton
film? Makan malam bersama? Atau belajar bersama? Entahlah, hanya itu yang biasa
dilakukan. Kenapa? Kau kangen mereka? Tenang saja, minggu depan kita akan
bersama mereka. Ah, tidak usah menunggu minggu depan! Kita kan memang selalu
bersama.”
Kiseop
tertawa pelan. Ya, yang dikatakan Jaeseop benar. Walaupun belum terlalu lama
berteman dengan mereka, Kiseop bisa merasakan kehangatan dalam persahabatan
mereka. Dan dia sangat bersyukur bisa bertemu dan berteman dengan mereka.
Setidaknya, dengan adanya mereka, Kiseop akan lebih mudah melupakan gadisnya
itu. Good bye, love...
***
-The
End-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar