Selasa, 13 November 2012

Good Bye, Love...



Main Cast:
-          U-KISS’s Kiseop
-          U-KISS’s Jaeseop
***
Kiseop tercengang mendengar ide gila Jaeseop. Lalu, dengan mantap dia menggeleng. “Idemu itu tidak masuk akal, Jaeseop-ah!” seru Kiseop dengan wajah serius.

“Kenapa? Kau tidak ingin membantuku?” tanya Jaeseop menantang.

“Bukan begitu, tapi…” Kiseop terdiam dan menatap kawan barunya itu lekat-lekat. Ya, dia memang baru seminggu berada di sekolah barunya itu dan itu berarti seminggu pula dia telah menjadi teman Jaeseop dan yang lainnya. Tak perlu waktu lama untuk keduanya dekat seperti saat ini. “Kau memintaku untuk menggoda pacarmu di klub malam? Kau pasti gila! Klub malam? Aku belum pernah ke sana! Dan kupikir aku tidak menyukainya.”

“Kau pikir aku pernah ke sana? Belum! Lagipula, permintaanku tak terlalu susah kan? Aku hanya memintamu untuk menggoda Sonhee. Kau pasti bisa melakukannya!”

“Memangnya aku punya tampang seperti itu? Tampang playboy? Hah?!”

Jaeseop tertawa melihat wajah kesal Kiseop. Baru pertama kali ini dia melihatnya. Lucu sekali! Batinnya geli. “Bukan, bukan… sudahlah, bantu aku saja! Aku ingin memutuskannya saat memergokinya bermesraan denganmu. Dengan begitu, dia pasti tidak akan mengelak saat kukatakan bahwa dia playgirl!”

“Tahu darimana kau bahwa pacarmu playgirl?”

“Aku punya mata-mata. Dan aku juga baru tahu kalau dia sering sekali ke klub malam. Menyesal sekali aku pernah menyatakan cinta padanya dulu. Kupikir dia gadis baik-baik, innocent.” Kini ganti Kiseop yang tertawa, membuat Jaeseop mengerutkan keningnya, bingung. “Kenapa? Ada yang lucu?”

Buru-buru Kiseop menggelengkan kepalanya. “Tidak ada. Tapi… hahaha… tak kusangka lelaki sepintar kau bisa tertipu begitu saja dengan penampilan seseorang!” akunya yang hanya dimanyuni Jaeseop. “Hey, kenapa kau tidak minta bantuan pada yang lain? Kevin? Eli? Hoon? Eli sangat tampan dan kurasa dia sangat mudah menggoda pacarmu itu!”

“Sonhee sudah mengenal mereka semua dan mereka pun menolaknya saat aku meminta mereka untuk membantuku.”

“Lalu, kenapa kau memilihku?”

“Tentu saja karena Sonhee belum mengenalmu! Kau juga tak kalah tampan dari Eli dan tubuhmu tak kalah atletis dari Hoon. Kau juga dandy seperti Kevin. Intinya, kau sangat sempurna untuk menjadi penggodanya!”

“Perkataanmu membuatku merasa sangat rendah!”

Hey, jangan berpikir seperti itu! Tentu saja kau tidak rendah, Kiseop-ah!” seru Jaeseop cepat. Lalu, wajahnya berubah memelas. Walaupun baru seminggu berteman, Jaeseop tahu bahwa Kiseop tak akan tahan melihat seseorang merajuk. Dan inilah saatnya dia beraksi! “Ayolah, Kiseop-ah, bantu aku! Tak tegakah kau melihat temanmu berpacaran dengan playgirl itu? Hmmm?” rajuknya sungguh-sungguh.

Tampak Kiseop mulai gelisah. Satu menit… dua menit… “Tapi kan aku tidak tahu Sonhee-mu seperti apa. Bagaimana aku bisa menggodanya kalau aku tidak tahu orangnya yang mana?”

Hati Jaeseop gembira mendengar tanggapan temannya itu. Tanda-tanda Kiseop akan membantunya. “Itu gampang! Aku akan memberitahumu saat kita berada di klub malam itu nanti,” jawabnya. “Jadi, kau mau menolongku kan? Ya? Ya?”

Kiseop terdiam dengan wajah datarnya menatap Jaeseop. Sungguh, dia masih bimbang. Tapi, kondisi Jaeseop membuatnya iba juga. Dia sama sekali tidak bisa membayangkan bagaimana kalau dia di posisi Jaeseop. Akhirnya, Kiseop mengangguk pelan, bertepatan dengan bell tanda istirahat usai berbunyi.

***

Bell tanda pulang berbunyi. Murid-murid saling berebut keluar kelas, sementara Eli, Hoon, Jaeseop, Kevin dan Kiseop tampak santai membereskan peralatan sekolah mereka dan memasukkannya ke dalam tas masing-masing.

Hey, SeopSeop Brothers! Malam minggu mau ikut hang out tidak?” tanya Hoon pada Jaeseop dan Kiseop yang sedang merapikan peralatan tulis mereka. SeopSeop Brothers adalah panggilannya, Kevin dan Eli pada mereka yang akhir-akhir ini terlihat sangat dekat.

“Kami tidak bisa, Hoon,” Jaeseop yang menjawab, sementara Kiseop tampak cemberut dari mejanya. “Kami ada urusan saat itu.”

Kevin menatap Jaeseop yang duduk di belakangnya dengan dahi mengerut. Lalu, ganti menatap Kiseop. “Urusan apa?” tanyanya penasaran. Tumben sekali mereka mempunyai urusan sendiri. “Kita kan selalu berlima!”

“Aku tahu, Kevin, tapi maaf… aku dan Kiseop tidak bisa ikut kalian. Lain kali pasti kami akan ikut. Janji!”

“Tapi, ada urusan apa kalian berdua di malam minggu?” tanya Eli, yang duduk bersebelahan dengan Kevin, ikut penasaran.

“Jangan bilang kalau kalian… akan berkencan!”

“Tentu saja tidak, Kevin!” seru Kiseop yang dari tadi hanya diam saja mendengarkan mereka bicara. Apa-apaan itu? Berkencan? Dengan Jaeseop? Memangnya aku lelaki macam apa?! Batinnya kesal. “Aku dan Jaeseop akan…”

“Tidak! Tidak! Biar aku yang jelaskan,” potong Jaeseop, lalu menatap tiga kawannya itu bergantian. Dia tidak mengacuhkan tatapan kesal Kiseop yang tadi dipotong perkataannya. “Kalian masih ingat Sonhee?” Tiga lelaki itu mengangguk. “Well, aku meminta Kiseop untuk… kalian tahulah apa yang akan Kiseop lakukan. Toh dulu aku pernah meminta hal yang sama pada kalian. Jadi, please, aku minta pengertian dari kalian, oke?”

Eli, Hoon dan Kevin saling pandang. Lalu, sama-sama mengangguk setuju.

“Kuharap misi kau berhasil, Jaeseop-ah!” harap Hoon yang diamini Jaeseop.

“Tapi, kasihan sekali kau, Kiseop-ah, harus menjadi umpannya,” kata Kevin sambil meremas bahu Kiseop, mencoba menguatkannya.

“Tahulah,” hanya itu yang bisa dikatakan Kiseop. Mood-nya benar-benar jelek saat ini. “Ayo, kita pulang!”

***

Pukul sebelas malam, Kiseop dan Jaeseop sudah sampai di sebuah klub malam yang sering didatangi Sonhee, pacar Jaeseop. Mereka mengendarai motor masing-masing. Udara malam ini cukup dingin. Bahkan Kiseop yang sudah memakai jaket tebal dan sarung tangan masih bisa merasakan dinginnya malam.

“Ayo, kita masuk!” seru Jaeseop yang sudah turun dari motornya.

Dengan langkah berat, Kiseop mengikuti langkah Jaeseop dari belakang. Tiba-tiba, dia merasakan hand phone-nya bergetar di saku kemejanya. Tanda sms masuk.

From: Hyeseon
Selamat malam minggu, my love. I miss you

Kiseop menghela napas panjang sambil tersenyum membacanya. Yang sms itu adalah pacarnya. Sudah dua bulan mereka bersama. Sebelumnya, Kiseop sudah memberitahu Hyeseon bahwa malam ini dia tidak bisa mengajaknya pergi seperti biasanya. Tentu saja Kiseop tidak memberitahukan alasan sebenarnya. Untung saja Hyeseon bisa mengerti.

“Wajahmu bahagia sekali! Sms dari siapa?” tanya Jaeseop tiba-tiba. Kiseop terkekeh, lalu menunjukkan sms itu pada Jaeseop. “Hahaha... selamat malam minggu? Tak pernah dengar sebelumnya,” komentar Jaeseop setelah membacanya. “Tapi, kau beruntung, sepertinya pacarmu sangat perhatian padamu.”

“Pastinya!” seru Kiseop sambil tersenyum. Terlintas wajah Hyeseon di benaknya.

Suasana di klub malam sangat ramai. Musik diputar kencang-kencang. Para tamu ada yang berdansa atau sekedar berkumpul dengan teman masing-masing. Kiseop dan Jaeseop yang baru pertama kali ke sana sama sekali tidak nyaman dengan suasananya.

“Sonhee-mu yang mana? Ada di sekitar sini?” tanya Kiseop setengah berteriak pada Jaeseop. Musik yang hingar bingar tak memungkinkan mereka untuk bicara pelan, apalagi berbisik.

Jaeseop mengedarkan pandangannya. Cukup lama juga mencari sosok pacarnya, akhirnya Jaeseop menemukannya. “Ada!” serunya, lalu menatap Kiseop. “Akan kusebutkan ciri-cirinya dan kau yang mencarinya ya?” Kiseop mengangguk. “Oke, rambutnya hitam-ikal dengan panjang sebahu. Dia memakai baju terusan selutut warna merah maroon. Dia sedang berdansa dengan... dengan... tiga lelaki sekaligus dan sepertinya dia sangat dekat dengan salah satu dari mereka.” Jaeseop menggeram pelan setelah menyelesaikan kalimatnya. “Bagaimana? Kau sudah menemukannya?”

“Tunggu sebentar!” seru Kiseop yang kepalanya masih celingukan mencari sosok Sonhee itu. Lama juga Kiseop mencarinya, sampai akhirnya matanya terhenti pada seseorang yang sangat dikenalkannya. Astaga! Batinnya terkejut. Benarkah apa yang kulihat?

“Ada apa, Kiseop-ah?” tanya Jaeseop yang menyadari keterkejutan Kiseop yang tergambar jelas di wajahnya.

“Eh? Tidak. Tidak apa-apa...” jawabnya tergagap.

“Kau sudah menemukan Sonhee?”

“Belum,” jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari orang yang dilihatnya tadi. Tiba-tiba, dia tersadar oleh beberapa hal. God! “Sonhee-mu berambut hitam-ikal sebahu?”

“Ya.”

“Memakai baju terusan berwarna merah maroon?”

“Ya.”

“Dia sedang berdansa?”

“Kau sudah menemukannya, dude! Cepat kau ke sana dan mulai beraksi!”

“Dan dia bersekolah di Lovely All Girl School tingkat satu?”

“Ya. Hey! Kenapa kau bisa tahu? Aku tidak pernah mengatakannya,” tanya Jaeseop, kaget dan bingung. “Jangan bilang kalau kau adalah kakaknya!” tebaknya yang langsung digelengi Kiseop. “Lalu?”

Cukup lama Kiseop terdiam. Dia sama sekali tidak mau menerima apa yang sedang terjadi saat itu. Kenapa aku harus mengetahui semua ini, Tuhan? Aku sama sekali tidak siap... batinnya sedih.

“Kiseop-ah...” panggil Jaeseop sambil memegang bahu kawannya itu. Tentu saja dia sangat penasaran kenapa Kiseop bisa mengetahui dimana pacarnya bersekolah. Kiseop menatap Jaeseop dalam-dalam dan Jaeseop bisa merasakan ada luka di matanya itu. Tapi apa? Kenapa? “Kiseop-ah, kau baik-baik saja?” tanyanya lagi.

Kiseop menghela napas berat, lalu menggeleng. “Aku sudah tahu dimana Sonhee-mu itu. Ayo, lakukan seperti apa yang sudah kau rencanakan!” serunya sambil tersenyum kecil.

“Tapi, kau...? Ada apa denganmu?”

“Sudahlah, aku akan ke sana sekarang untuk menggodanya. Oke?”

***

Hyeseon tentu saja kaget dengan kehadiran Kiseop yang tiba-tiba di depan matanya. “Kiseop-ah?” tanyanya yang hanya disenyumi pacarnya itu.

“Siapa dia, Seon-ah?” tanya salah seorang lelaki yang bersamanya.

Hyeseon tidak menjawab. Dia malah menarik tangan Kiseop dan mengajaknya keluar lantai dansa. Wajahnya tampak senang mendapati pacarnya ada bersamanya. “Apa yang kau lakukan disini? Aku baru tahu kalau kau juga bisa datang ke sini.”

“Aku juga baru tahu kau sering ke sini,” kata Kiseop sambil menarik Hyeseon dalam pelukannya. Dia bisa merasakan tubuh Hyeseon menjadi agak kaku karenanya.

“Apa maksudmu dengan sering? Dan kau pikir apa yang sedang kau lakukan, Kiseop-ah?” tanya Hyeseon yang merasa tak nyaman berada begitu dekat dengan sang pacar. Selama dua bulan ini keduanya memang tidak pernah melakukan kontak fisik yang berlebihan, kecuali pegangan tangan. Hyeseon mengira Kiseop adalah lelaki yang tak kan mudah menyentuh gadis manapun.

Tentu saja perkiraan Hyeseon itu benar. Malam ini, Kiseop hanya melaksanakan tugasnya. “Aku rindu padamu, Seon-ah,” akunya, lalu mendekatkan wajahnya dengan wajah Hyeseon. Saat bibir mereka hampir bersentuhan, dia bisa merasakan tubuh Hyeseon ditarik menjauh darinya. Kini Jaeseop ada diantara mereka. Dan Kiseop tak ingin tahu kelanjutannya seperti apa. Dia segera menarik diri dari mereka dan menunggu Jaeseop di luar seperti yang sudah direncanakan sebelumnya.

***

“Kurasa aku tidak merencanakan adegan ciuman,” kata Jaeseop pada Kiseop setelah berada di luar klub malam. Tentu saja rencananya memutuskan Sonhee-nya berhasil. “Tapi, tak apa! Aktingmu bagus sekali, Kiseop-ah!” katanya lagi sambil menggenggam bahu Kiseop. Kawannya itu tetap diam, tidak bereaksi. “Ada apa, Kiseop-ah?” tanyanya khawatir.

Akhirnya, Kiseop hanya menggelengkan kepalanya saja. Lalu, ditatap wajah Jaeseop dengan tatapan sendu. “Bisakah kau mengantarku sampai rumah?” tanyanya dengan nada lirih dan pelan.

“Hah? Apa maksudmu? Kita kan membawa dua motor. Kalau aku mengantarmu, motor yang satunya lagi bagaimana?” tanya Jaeseop tak mengerti dengan maksud permintaan Kiseop yang menurutnya sangat aneh. Ada apa dengannya?

“Kita bisa meminta Eli atau Kevin atau Hoon untuk kesini dan membawa motor yang satunya. Aku yakin mereka akan mau membantu kita,” jawabnya. “Tolonglah... kupikir aku tidak akan bisa mengendarai motorku untuk saat ini...” pintanya memelas.

Melihat kondisi Kiseop seperti itu, Jaeseop pun tak tega. Dia segera menelepon Eli. “Eli akan datang ke sini,” kata Jaeseop setelah selesai menelepon, lalu duduk di sebelah Kiseop. “Kau sakit?” tanyanya cemas.

“Sedikit pusing,” akunya.

Jaeseop meletakkan telapak tangannya ke kening Kiseop. Panas! “Ya Tuhan... kurasa kau demam!” serunya kaget. “Kau kedinginan?” Kiseop mengangguk pelan. Tanpa bertanya lagi, Jaeseop melepaskan jaketnya dan meletakkannya di punggung Kiseop. Dipeluk bahu Kiseop erat, mencoba membuat Kiseop merasa hangat. “Maafkan aku, Kiseop-ah...”

“Untuk apa?” tanya Kiseop masih dengan suara pelan dan lirih.

“Karena aku, kau jadi sakit seperti ini. Aku janji, aku tidak akan membuatmu seperti ini lagi.” Kiseop terkekeh pelan, lalu menggenggamkan tangannya dengan tangan Jaeseop. Dia bisa merasakan kehangatan pada tangan kawannya itu. “Tanganmu dingin sekali, Kiseop-ah!” seru Jaeseop.

“Jangan lepaskan tanganmu dariku, Jaeseop-ah...” pinta Kiseop lemah.

“Tentu saja tidak! Aku akan membuat tanganmu hangat,” kata Jaeseop sambil mengeratkan genggamannya. “Terima kasih, Kiseop-ah, sudah mau membantuku.”

Kiseop tersenyum. “Aku juga senang bisa membantumu,” akunya.

“Kuharap, aku tidak akan bertemu lagi dengan gadis macam Sonhee yang mudah sekali digoda oleh lelaki tampan macam kau hehehe...” doanya sambil terkekeh. “Dan kurasa aku tidak akan pacaran lagi untuk waktu yang lama. Jera,” akunya.

“Aku juga,” timpal Kiseop begitu saja, membuat Jaeseop bingung.

“Maksudmu? Kau kan masih berpacaran dengan Hyeseon-mu? Kau ingin putus?” tanya Jaeseop, terkejut.

Kiseop yang menyadari kelepasannya berbicaranya tadi hanya terkekeh saja. Apa aku harus jujur padamu, Jaeseop-ah, bahwa Sonhee-mu dan Hyeseon-ku itu adalah orang yang sama? Namun, akhirnya Kiseop memutuskan untuk tidak mengatakannya. Cukup dia saja yang tahu. Dan dia akan memutuskan Hyeseon atau siapalah namanya secepatnya. Dia pun jadi berpikir nama apa lagi yang digunakan gadis itu saat berkenalan dengan lelaki lain.

“Kiseop-ah, jawab pertanyaanku tadi!” kejar Jaeseop, membuyarkan lamunan Kiseop.

Kiseop hanya tersenyum lemah. Dia tak akan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan gadis itu lagi. “Lupakan saja, Jaeseop-ah!” pintanya dengan wajah memelas. Jaeseop hanya diam dan itu membuatnya lega. Setidaknya Jaeseop akan berhenti bertanya tentang hal itu untuk saat ini. “Menurutmu, apa yang dilakukan Kevin, Eli dan Hoon malam ini?”

“Nonton film? Makan malam bersama? Atau belajar bersama? Entahlah, hanya itu yang biasa dilakukan. Kenapa? Kau kangen mereka? Tenang saja, minggu depan kita akan bersama mereka. Ah, tidak usah menunggu minggu depan! Kita kan memang selalu bersama.”

Kiseop tertawa pelan. Ya, yang dikatakan Jaeseop benar. Walaupun belum terlalu lama berteman dengan mereka, Kiseop bisa merasakan kehangatan dalam persahabatan mereka. Dan dia sangat bersyukur bisa bertemu dan berteman dengan mereka. Setidaknya, dengan adanya mereka, Kiseop akan lebih mudah melupakan gadisnya itu. Good bye, love...

***

-The End-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar